Tahu gak sih, salah satu permasalahan yang terjadi pada orang dewasa adalah osteoporosis? Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan massa tulang yang rendah, kerusakan jaringan tulang, dan gangguan arsitektur mikro tulang. Penyakit tersebut dapat menyebabkan kekuatan tulang yang terganggu dan peningkatan risiko patah tulang. (National Osteoporosis Foundation, 2015) Osteoporosis menyerang sejumlah besar orang dari berbagai jenis kelamin dan ras, dimana prevalensinya akan meningkat seiring bertambahnya usia populasi.

Tulang Normal vs Osteoporosis
Sumber: Musculoskeletal Australia, n.d.

Osteoporosis adalah penyakit kronis yang menyerang satu dari tiga wanita dan satu dari lima pria di atas usia 50 tahun. Osteoporosis tidak memiliki manifestasi klinis sampai terjadi patah tulang. (Sozen, Ozisik and Calik Basaran, 2017) Akibatnya, wanita yang mengalami kondisi ini lebih rentan terhadap risiko patah tulang karena tergelincir, jatuh, atau bahkan secara spontan. Sesuai dengan standar WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), seseorang dianggap mengalami osteoporosis jika memiliki kepadatan tulang kurang dari 2,5 SD (standar deviasi) dibandingkan dengan rata-rata populasi sehat pada usia dan seksualitas yang sama. (Keen and Reddivari, 2020)

Secara umum, penyebab osteoporosis secara sederhana dapat diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder. Penyebab osteoporosis primer adalah karena pengaruh hormon tubuh dan asupan makanan rendah kalsium. Pengaruh hormon yang dimaksud adalah perubahan keseimbangan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh, sehingga terjadi lebih banyak pengeroposan tulang daripada pembentukan tulang secara signifikan. Selain itu, osteoporosis primer juga disebabkan oleh asupan makanan pada dewasa yang rendah kalsium atau terdapatnya faktor lain yang mempengaruhi metabolisme kalsium seperti hiperparatiroidisme. Sedangkan, osteoporosis sekunder disebabkan oleh berbagai kondisi medis dan konsumsi obat tertentu. Kondisi medis tertentu yang dapat memicu osteoporosis ialah hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, diabetes, talasemia, mieloma multipel, malabsorpsi usus, leukemia, penyakit hati, dan penyakit tulang metastatik. Disamping itu, konsumsi obat yang dapat menyebabkan osteoporosis sekunder ialah obat antasida (mengandung aluminium), heparin, antikonvulsan, tiroksin, dan juga penggunaan steroid (pada terapi kortison). (Keen and Reddivari, 2020)

Osteoporosis sendiri ialah penyakit tulang metabolik kronis yang berkembang pada kedua jenis kelamin, tetapi osteoporosis pada wanita pascamenopause lebih penting dan dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat. Kebutuhan kalsium yang tinggi selama kehamilan dan menyusui juga membuat wanita lebih rentan terhadap resorpsi tulang dan osteoporosis berikutnya. Normalnya, terjadi kehilangan 6-8% dari total kandungan kalsium tubuh, sekitar 30 g selama kehamilan dan 30 g lagi selama menyusui. Kehamilan itu sendiri dapat menyebabkan pengeroposan tulang, tetapi jika diikuti dengan menyusui akan memiliki efek perlindungan terhadap kepadatan tulang selama masa menyusui. Dalam mencukupi kebutuhannya, ibu hamil dan ibu menyusui dapat mengonsumsi berbagai jenis makanan yang kaya akan kalsium, atau suplemen yang mengandung kalsium. Namun, konsumsi suplemen selama hamil dan menyusui harus di kosultasikan dengan dokter. (Salari and Abdollahi, 2014)

Pencegahan Osteoporosis

Osteoporosis dapat dicegah dengan menggunakan cara: (Halvorsen, 2016)

  1. Berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol
  2. Makan makanan sehat yang kaya kalsium dan vitamin D, karena vitamin D penting untuk menyerap kalsium. Contoh makanan yang kaya kalsium dan vitamin D adalah salmon; produk susu dan sayuran termasuk brokoli, bok choy dan kangkung
  3. Lakukan aktivitas fisik yang menahan beban setidaknya 30 menit sehari. Jogging, jalan kaki, dan hiking adalah aktivitas yang bagus untuk menguatkan tulang. Menari, yoga, dan tai chi juga dapat meningkatkan tingkat kepadatan tulang sekaligus meningkatkan keseimbangan tubuh
  4. Pergilah ke luar ruangan agar mendapat sinar matahari. Sinar matahari membantu tubuh dalam memproses vitamin D, yang penting untuk penyerapan kalsium
  5. Lakukan pemeriksakan kadar vitamin D dan kalsium ke penyedia layanan kesehatan jika berusia di atas 50 tahun atau pascamenopause

Pola makan seimbang yang mengandung semua kelompok makanan dalam proporsi yang benar merupakan jaminan yang baik terhadap masalah kesehatan tulang, serta penyakit kronis lainnya, seperti penyakit kardiovaskular, obesitas, dan kanker. Pola makan seimbang tidak hanya menyediakan protein, vitamin, mineral, dan elemen yang dibutuhkan untuk kesehatan tulang, tetapi juga fitonutrien dan komponen bioaktif lainnya yang semakin dikaitkan dengan peningkatan integritas kerangka tubuh. Sementara, makanan olahan susu umumnya dikaitkan dengan kesehatan tulang. Buah dan sayuran, termasuk buah-buahan kering, juga tampaknya menjadi faktor pelindung penting yang dapat dimodifikasi. Jika terjadi defisiensi vitamin D maka dapat diberlakukan program fortifikasi dan suplementasi makanan sebagai cara untuk membantu osteoporosis secara global. (Higgs, Derbyshire and Styles, 2017)

Oleh karena itu, beberapa hal yang telah dijelaskan sebelumnya perlu dilakukan oleh kelompok usia dewasa. Terlebih pada orang-orang yang memiliki faktor risiko. Mencegah dan menjaga kondisi tulang yang paling mudah dapat dilakukan melalui asupan makanan, diikuti dengan melakukan aktivitas fisik.


Kontributor : Gina Amalia Chaerunnisa, mahasiswi Semester 6  Sarjana Gizi FKM UI


Referensi:

  1. Halvorsen, R.J. (2016). Osteoporosis: Why It Affects More Women than Men. [online] www.aurorahealthcare.org. Available at: https://www.aurorahealthcare.org/patients visitors/blog/osteoporosis-why-it-affects-more-women-than-men#:~:text=Women%20tend%20to%20have%20smaller.
  2. Higgs, J., Derbyshire, E. and Styles, K. (2017). Nutrition and Osteoporosis Prevention for the Orthopaedic Surgeon. EFORT Open Reviews, [online] 2(6), pp.300–308. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5508855/.
  3. Keen, M.U. and Reddivari, A.K.R. (2020). Osteoporosis in Females. [online] PubMed. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559156/.
  4. Musculoskeletal Australia (n.d.). Osteoporosis – Symptoms, Treatment, & Bone Health | MSK Australia. [online] Musculoskeletal Australia (MSK). Available at: https://www.msk.org.au/osteoporosis/.
  5. National Osteoporosis Foundation (2015). Learn What Osteoporosis Is and What It’s Caused by. [online] National Osteoporosis Foundation. Available at: https://www.nof.org/patients/what-is-osteoporosis/.
  6. Salari, P. and Abdollahi, M. (2014). The Influence of Pregnancy and Lactation on Maternal Bone Health: a Systematic Review. Journal of Family & Reproductive Health, [online] 8(4), pp.135–148. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4266784/.
  7. Sozen, T., Ozisik, L. and Calik Basaran, N. (2017). An Overview and Management of Osteoporosis. European Journal of Rheumatology, [online] 4(1), pp.46–56. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5335887/.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *