Singkong, atau yang disebut juga “ubi kayu” / “ketela pohon”, merupakan tanaman tropis yang membutuhkan iklim lembab untuk tumbuh. Singkong adalah bagian umbi/akar dari tanaman yang memiliki panjang rata-rata 50–80 cm dengan diameter 2–3 cm dan daging umbinya berwarna putih/kekuning-kuningan.
Kandungan utamanya adalah pati dengan sedikit glukosa sehingga memiliki rasa yang sedikit manis. Ubi kayu ini tidak memiliki masa simpan yang panjang meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Pada keadaan tertentu, terutama bila teroksidasi, glukosida sianogenik yang secara alami terkandung di dalamnya dapat membentuk asam sianida (HCN). Tanda dari gejala kerusakan yang timbul adalah keluarnya warna biru gelap akibat adanya asam sianida tersebut.
Efek toksik singkong
Asam sianida akan memberikan rasa pahit pada singkong. Umbi yang rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram dan umbi yang pahit memiliki kandungan HCN 50 kali lebih banyak. Namun jangan khawatir karena jumlah tersebut tergolong cukup rendah untuk menimbulkan dampak negatif bagi tubuh seperti keracunan hingga kematian.
Menurut standar BPOM tentang cemaran kimia, tubuh masih dapat mentoleransi dosis HCN sebesar 1 mg/kg BB relatif/hari. Artinya, efek toksik dari ketela pohon ini dapat menimbulkan dampak berbahaya pada seseorang dengan berat 50 kg yang mengonsumsi sekitar 300 gr singkong pahit. Umumnya, masalah kesehatan yang timbul ketika mengonsumsi singkong secara terus menerus adalah neuropati dan kretinisme. (Mlingi et al., 1992).
Menurut FAO/WHO (1991), penjemuran dan/atau pengeringan selama ≥48 jam dapat mereduksi toksisitas ketela pohon yang baru saja dipanen hingga 70-80%. Selanjutnya, proses pemasakan akan secara efektif menurunkan kembali kadar toksin ketela pohon sehingga keracunan akibat konsumsi bahan pangan tersebut dapat dihindari.
Perlu diketahui, bahwa singkong yang telah berada di pasaran, baik pasar tradisional atau supermarket, merupakan yang sudah siap olah. Meskipun begitu, sebaiknya kita tetap memberikan penanganan lebih lanjut dengan memotong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, lalu mencucinya di air mengalir sampai benar-benar bersih dan bebas dari tanah. Setelah itu, ubi kayu sudah aman untuk diolah dengan cara direbus, kukus, goreng, dan lainnya.
Manfaat dan kandungan gizi
Terlepas dari fakta bahwa singkong dapat bersifat toksik bagi tubuh, ternyata manfaat baiknya juga tidak kalah banyaknya, lho! Singkong merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat kompleks (mengandung serat, pati, serta vitamin dan mineral) yang memiliki manfaat baik untuk tubuh. Komposisi gizinya disajikan pada tabel berikut.

100 gram singkong memiliki energi sebesar 160kkal atau setara 2 lembar roti tawar. Selain itu, kandungan gizinya yang beragam membuat ubi kayu ini memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan, seperti:
- Menambah energi dan memberikan efek kenyang lebih lama karena jenis karbohidratnya merupakan karbohidrat kompleks.
- Mengandung lemak nabati (banyak mengandung lemak tak jenuh) yang dapat membantu tubuh dalam penyerapan vitamin dan meningkatkan kadar kolesterol baik (high density lipoprotein/HDL) dalam darah.
- Memiliki kandungan antioksidan yang baik dari vitamin C, vitamin A, dan beta-karoten yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari efek radikal bebas.
Banyak sekali manfaat singkong yang bisa kita dapatkan ketika dikonsumsi secara adekuat. Oleh karena itu, ingatlah untuk selalu mengonsumsi makanan yang beragam dalam jumlah yang adekuat untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari makanan tersebut!
Kontributor : Olivia Nur R, mahasiswi Semester 6 Sarjana Gizi FKM UI
Referensi:
Chandrasekara, A. & Kumar, T.J. (2016). Roots and Tuber Crops as Functional Foods: A Review on Phytochemical Constituents and Their Potential Health Benefits. International journal of Food Science. 2016: 3631647.
Informasi Gizi Singkong (fatsecret.co.id/kalori-gizi/umum/singkong)
Mlingi, N., NH. Poulter, H. Rosling. 1992. An outbreak of acute intoxications from consumption of insufficiently processed cassava in Tanzania. Nut. Res. 12: 677-687.
Petunjuk Meminimalkan Terbentuknya Cemaran Kimia pada Pangan Siap Saji dan Pangan Industri Rumah Tangga oleh BPOM (http://standarpangan.pom.go.id/dokumen/pedoman/Petunjuk_Meminimalkan_Cemaran_Kimia.pdf))
Save and Grow: Cassava (http://www.fao.org/3/a-i3278e.pdf)