Ada Apa Dibalik Jahe, Kunyit, dan Temulawak? – Jahe, kunyit, dan temulawak merupakan rempah-rempah yang telah dikenal dan digunakan sejak lama oleh orang Indonesia. Tapi tahukah kamu apa saja kandungan yang terdapat dalam ketiga jenis rempah tersebut? Berikut penjelasannya.

Jahe (Zingiber officinale) merupakan salah satu jenis rempah yang berasal dari Asia Selatan dan telah dimanfaatkan sebagai penyedap makanan sejak abad ke 6 SM[1]. Di Indonesia terdapat 3 jenis jahe yang banyak dibudidayakan, yaitu jahe sunti (jahe merah), jahe gajah (jahe putih atau kuning besar), dan jahe emprit (jahe putih atau kuning kecil)[2].

Dari ketiga jenis jahe tersebut, jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri paling banyak yaitu 2,58 – 2,72% yang sering digunakan untuk industri obat-obatan.  Kandungan lain yang terdapat pada jahe yang juga dimanfaatkan sebagai bahan obat herbal yaitu zingiberin, kamfer, lemonin, borneol, shaogaol, sineol, fellandren, zingiberol, gingerol, dan zingeron yang berkhasiat dalam mencegah dan mengobati berbagai penyakit.

Jahe juga mengandung senyawa kimia aktif gingerol, beta-caroten, capsaicin, asam cafeic, curcumin dan salicilat yang bersifat anti-inflamasi dan antioksidan[1]. Pada jahe merah terkandung senyawa gingerol, shogaol, dan zingerone yang diketahui mempunyai sifat antioksidan, anti-inflamasi, analgesik, dan antikarsinogenik[2].

Kunyit

Kunyit (Curcuma longa. L) merupakan jenis rempah yang sering digunakan untuk zat pewarna, pengharum makanan dan bahan obat-obatan. Senyawa kimia penting yang terkandung dalam rimpang kunyit adalah kurkumin, minyak atsirin, resin, desmetoksikurkumin, oleoresin,

bidesmetoksikurmin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor, dan besi. Kurkumin merupakan komponen aktif yang memberikan warna kuning pada kunyit. Komponen ini juga memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi yang efektif dan kuat. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, ekstrak kunyit terbukti memiliki sifat antibakteri. Selain itu juga terdapat banyak studi mengenai kurkumin yang terbukti memiliki berbagai aktivitas antivirus[3].

Temulawak

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan tumbuhan yang sering digunakan sebagai bahan baku obat tradisional di Indonesia. Rimpang temulawak memiliki kadar pati sebesar 41,45%, komponen aktif kurkumin 2,24%, dan kadar minyak atsiri 3,81%. Selain itu juga ditemukan kandungan lain pada rimpang temulawak seperti alkaloid, fenolik, flavonoid, triterpennoid, dan glikosida[4].

Ekstrak temulawak memiliki aktivitas antioksidan yang baik sehingga dapat menangkal radikal bebas. Komponen aktif yang berperan sebagai antioksidan dalam rimpang temulawak adalah kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Gugus hidroksi fenolik dalam kurkumin befungsi sebagai penangkap radikal bebas. Kadar kurkumin pada temulawak dapat berbeda-beda tergantung pada umur panennya. Kadar kurkumin tertinggi terdapat pada umur pemanenan 9 bulan[5].


Referensi :
[1] Redi Aryanta IW. Manfaat Jahe Untuk Kesehatan. Widya Kesehat 2019;1:39–43. https://doi.org/10.32795/widyakesehatan.v1i2.463.
[2] Febriani Y, Riasari H, Winingsih W, Aulifa L, Permatasari A. The Potential Use of Red Ginger (Zingiber officinale Roscoe) Dregs as Analgesic. Indones J Pharm Sci Technol J Homepage 2018;1:57–64.
[3] Yuan Shan C, Iskandar Y. Studi Kandungan Kimia Dan Aktivitas Farmakologi Tanaman Kunyit (Curcuma longa L.). Pharmacia 2018;16:547–55.
[4] Hayani EM. Analisis Kandungan Kimia Rimpang Temulawak. Temu Tek Nas Tenaga Fungsional Pertan Bogor 2006:309–12.
[5] Rosidi A, Khomsan A, Setiawan B, Riyadi H, Briawan D. POTENSI TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) SEBAGAI ANTIOKSIDAN. Pros Hasil-Hasil Semin Nas 2014.


Kontributor : Nisa Nur Islamiati
Mahasiswi semester 4 Sarjana Gizi FKM UI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *