Trend Kopi Kekinian, Amankah? Kopi menjadi salah satu komoditi yang sangat akrab kita temui. Namun, saat ini terjadi pergeseran budaya minum kopi di Indonesia. Dahulu, kopi dikonsumsi karena kandungan kafeinnya yang bisa memberikan efek menghilangkan rasa kantuk, meningkatkan kesadaran mental, pikiran, fokus, dan respon, serta meningkatkan energi seseorang.

Saat ini, tidak sedikit masyarakat yang menikmati kopi sebagai kebiasaan mengisi waktu luang serta mengeluarkan uang lebih untuk minum kopi di kedai kopi ternama sebagai gaya hidup. Kedai kopi saat ini tidak hanya menyediakan kopi sebagai minuman, tetapi juga menjual gaya hidup yang digemari oleh berbagai kalangan masyarakat.

Sekarang, dapat kita temui banyak brand berlomba-lomba menghasilkan inovasi ‘kopi kekinian’ baru yang menarik. Dalam penelitian TOFFIN yang dilakukan di kota-kota besar, jumlah kedai kopi sampai pada Agustus 2019 mencapai lebih dari 2.950 gerai.

Jumlah ini meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan pada 2016 yang hanya sekitar 1.000 gerai. Data tahunan konsumsi kopi di Indonesia yang dikeluarkan oleh Global Agricultural Information Network juga mencatat adanya peningkatan sampai 13,9% konsumsi kopi pada tahun 2019/2020 yang mencapai 294.000 ton.

Namun, bagaimana dengan kita sebagai konsumen? Apakah kopi kekinian menjadi pilihan minuman yang baik dan sehat untuk dikonsumsi? Yuk, kita simak pembahasannya di bawah ini!

Dibalik segala kontroversi yang ada tentang dampak kesehatan dari kopi, tidak dapat dipungkuri bahwa biji kopi sendiri memang kaya akan nutrisi. Kopi menjadi salah satu bahan dengan kandungan antioksidan yang tinggi.

Dalam 1 gelas kopi (240ml) terdapat berbagai vitamin dan mineral, seperti vitamin B1, B2, B3, dan B5, folat, mangan, kalium, magnesium, dan fosfor. Walaupun jumlah yang terkandung tidak banyak, namun jika dikali dengan jumlah yang kita konsumsi tiap harinya tentu dapat menjadi jumlah yang signifikan.

Kandungan kafein dalam kopi sangat beragam mulai dari 30 – 300mg, namun yang umum adalah 90 – 100mg/gelas. Kafein dikenal sebagai stimulan. Dalam tubuh, fungsinya adalah menghambat adenosin yang mana akan meningkatkan aktivitas otak sehingga dapat menyebabkan efek menurunnya rasa lelah dan membuat kita lebih awas serta terjaga.

Banyak penelitian yang mencatat bahwa kafein dapat menghasilkan dorongan jangka pendek terhadap fungsi kognitif secara umum. Selain itu, kafein juga dapat meningkatkan metabolisme sebanyak 3 – 11% dan performa olahraga 11 – 12%. Namun, beberapa efek ini bersifat jangka pendek. Seiring meningkatnya konsumsi, tubuh akan membangun toleransi terhadap kafein sehingga efek yang dirasakan akan menurun.

Di sisi lain, kafein juga memiliki dampak yang negatif, walaupun menyesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Konsumsi terlalu banyak kafein dapat menyebabkan terjadinya stimulasi berlebih yang berujung kepada kegelisahan, peningkatan detak jantung, bahkan serangan panik.

Jika kamu memang sensitif dengan kafein, lebih baik menghindari kopi sama sekali. Efek samping lain dari konsumsi kafein juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Bila kualitas tidur menurun karena konsumsi kopi, lebih baik menghindari konsumsi kopi lebih dari siang hari. Selain itu, kopi juga memiliki efek diuretik, yang akan meningkatan pengeluaran urin, serta efek peningkatan tekanan darah, walaupun dapat menurun seiring dengan konsumsi yang rutin.

Dampak lain dari kafein adalah dimungkinkannya timbul efek adiksi. Seseorang yang mengonsumsi kafein secara rutin, akan menjadi toleran terhadapnya. Efek yang terjadi adalah kafein berhenti berfungsi seperti biasanya, atau akan membutuhkan jumlah yang lebih banyak untuk menghasilakn efek yang sama.

Ketika seseorang berhenting mengonsumsi kafein, tidak jarang ditemui gejala-gejala seperti pusing, kelelahan, gangguan mood, dan sulit konsentrasi. Gejala ini dapat terjadi selama beberapa hari.

Bagi kamu yang tidak mengonsumsi kopi, alasan-alasan ini tidak menjadi alasan yang cukup baik bagi kamu untuk mulai mengonsumsinya. Tapi bagi konsumen kopi rutin, perlu dicatat bahwa alternatif terbaik untuk mengonsumsi kopi adalah tidak mengonsumsinya dalam jumlah yang berlebihan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyarankan batas maksimal konsumsi kafein adalah 150mg/hari dibagi dalam minimal 3 dosis, sehingga satu sajian maksimal hanya mengandung 50mg kafein. Selain itu, penting juga untuk membatasi penambahan gula dalam konsumsi kopi.

Tidak ada sumber jelas yang mencatat jumlah spesifik dari tambahan gula yang terdapat dalam minuman kopi kekinian. Namun, dilansir dari Beverage Nutrition Information yang dipublikasikan oleh Starbucks Coffee Company mereka menuliskan bahwa 1 gelas kopi dengan susu full cream dengan ukuran 354ml mengandung 17 gram gula. Jenis minuman yang sama dengan ukuran 473ml mengandung 23 gram gula.

Dua ukuran ini adalah ukuran yang umum juga digunakan dalam minuman kopi kekinian di Indonesia. Menurut American Heart Association jumlah maksimal konsumsi tambahan gula per hari adalah 150 kalori (37,5 gram) untuk laki-laki dan 100 kalori (25 gram) per hari. Konsumsi gula berlebih secara rutin dapat berakibat pada obesitas, diabetes, serta penyakit kronis lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa jumlah gula hanya dengan mengonsumsi 1 gelas kopi susu full cream kita sudah hampir melewati batas aman konsumsi gula per hari. Padahal, kita tidak terhindar dari banyaknya jenis makanan dan minuman lain yang juga mengandung gula tambahan.

Secara garis besar, memang kopi dapat memberikan dampak positif bagi tubuh, seperti meningkatkan kinerja otak serta menambah energi. Namun, dibalik itu juga terdapat dampak negatif dari kopi seperti efek adiksi serta toleransi yang dapat terbangun seiring rutinnya konsumsi sehingga efek positif tidak lagi dirasakan.

Masalah utama dalam kopi kekinian terletak pada tambahan gula yang terdapat di dalamnya. Sehingga, jika teman-teman memang ingin mengonsumsinya sebaiknya tidak dilakukan secara rutin dan pilihlah ukuran gelas yang kecil serta opsi tanpa gula atau kurang gula, ya!


Referensi:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. n.d. Press Release BPOM RI tentang Hasil Samping dan Pengujian Laboratorium Produk Minuman Suplemen yang Mengandung Kafein. [Artikel]
Gunnars, K. 2018. Coffee – Good or Bad? [Artikel] Terseda di: https://healthline.com. Diakses pada 19 April 2020.
Johnson, R.K., et al. 2009. Dietary Sugar Intakes and Cardiovascular Health: a scientific statement from the American Heart Association. Circulation 120(11): 1011 – 1020.
Solikatun, Kartono, D.T., Demartoto, A. 2015. Perilaku Konsumsi Kopi Sebagai Budaya Masyarakat Konsumsi: Studi Fenomenologi Pada Peminum Kopi di Kedai Kopi Kota Semarang. Jurnal Analisa Sosiologi 4(1): 60 – 74.
Starbucks Coffee Company. n.d. Beverage Nutrition Information.
Windarto. 2019. Bisnis Kedai Kopi Masih Menjanjikan di 2020. Jakarta Review – megapolitan smart magazine. [Artikel] Tersedia di: https://jakrev.com. Diakses pada 19 April 2020.


Kontributor : Rani Berlian
Mahasiswi semester 8 Sarjana Gizi FKM UI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *