Mengapa kekurangan Vitamin E bisa menimbulkan penyakit?
Radikal bebas merupakan molekul yang tidak berpasangan, tidak stabil, dan radikal. Agar stabil, molekul ini akan selalu berusaha mencari pasangan elektronnya dengan merebut elektron molekul lain secara membabi buta.
Perbuatan radikal bebas tersebut akan merusak molekul sel lain yang elektronnya dirampas. Aksi perampasan tersebut menimbulkan reaksi berantai sehingga radikal bebas semakin banyak dan akan merusak molekul makro pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat (polisakarida), lemak, dan DNA.
Kerusakan pada protein akibat serangan radikal bebas ini (termasuk oksidasi protein) mengakibatkan kerusakan jaringan tempat protein itu berada. Contohnya adalah kerusakan protein pada lensa mata yang menyebabkan katarak.
ROS (Reactive Oxygen Species)
Radikal bebas ini ada yang berasal dari dalam tubuh dan luar tubuh. Di dalam tubuh, oksigen dibutuhkan untuk menghasilkan banyak energi. Pada reaksi pembentukan energi dari oksigen ini akan menghasilkan radikal bebas dalam bentuk ROS (Reactive Oxygen Species), yaitu molekul yang tidak berpasangan, sehingga sangat tidak stabil dan sangat reaktif.
ROS dapat membentuk lipid peroksida yang secara kimia dapat merubah protein dan basa asam nukleat. Perubahan kimia dalam protein dan lemak pada lipoprotein (Low Density Lipoprotein) menyebabkan LDL (lemak jahat) tidak lagi dikenal oleh reseptor LDL di liver, akibatnya LDL ini tidak dapat dibersihkan oleh liver.
Infiltrasi LDL
Sebaliknya, LDL akan diambil oleh reseptor makrofag (sel darah putih besar yang mencerna partikel asing) yang kemudian membuat makrofag ini membesar dan menginfiltrasi lapisan pembuluh darah di bawah endothelium, terutama bila sebelumnya sudah terjadi kerusakan endothelium.
Infiltrasi LDL tersebut kemudian ditutup oleh akumulasi kolesterol yang tidak teresterifikasi. Keadaan ini menyebabkan timbulnya plak pada pembuluh darah, sehingga aterosklerosis berkembang dan pembuluh darah menjadi tersumbat.

Radikal Bebas
Membran sel mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang sangat rentan terhadap serangan radikal bebas. Dampak yang ditimbulkan akibat radikal bebas yang menyerang lemak pada bagian struktur membran adalah perubahan fungsi membran secara ekstrim yang akhirnya akan mematikan sel-sel pada jaringan tubuh.
Pada sel kulit, radikal bebas ini akan merusak senyawa lemak pada membran sel sehingga kulit akan kehilangan ketegangannya dan munculah keriput.
Dampak akibat radikal bebas lainnya adalah kerusakan DNA yang dapat menyebabkan rantai DNA terputus sehingga mengganggu pembelahan sel, bahkan bisa terjadi perubahan abnormal yang mengenai gen tertentu dalam tubuh sehingga dapat menimbulkan kanker.
Kemudian apa yang terjadi bila tubuh kelebihan Vitamin E?
Vitamin E memiliki efek prooksidan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi. Dalam sistem in vitro tertentu, telah ditemukan bahwa α-tokoferol dapat bertindak sebagai prooksidan (mendorong oksidasi). Misalnya adalah α-tokoferol tanpa zat pereduksi seperti vitamin c yang mempercepat oksidasi LDL karena radikal a-tokoferheril menginduksi oksidasi LDL. Jadi a-tokoferol pereduksinya sudah dipakai.
Namun, vitamin C benar-benar menghambat aksi pro-oksidan ini dengan mengurangi kadar radikal α-tokoferheril. Karena itu, kecil kemungkinan vitamin E bertindak sebagai prooksidan in vivo.
Oleh karena itu, dibutuhkan Vitamin E yang cukup (tidak kurang dan tidak berlebihan) karena Vitamin E ini memiliki fungsi sebagai antioksidan.
Antioksidan akan bekerja sebagai inhibitor yang menghambat oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif untuk membentuk radikal bebas yang tidak reaktif dan stabil sehingga dapat melindungi sel dari efek bahaya yang ditimbulkan radikal bebas.
Vitamin E dan antioksidan lain yang menghambat peroksidasi lipid dapat mengurangi risiko penyakit atau berguna dalam pencegahan dan pengobatan penyakit.
Referensi :
Berdanier, C. (1998). Advanced Nutrition Mikronutrients. CRC Press LLC.
Combs, J.F. (2008). The Vitamins Fundamental Aspects in Nutrition and Health. New York: Elsevier Academic Press.
Khaira, K. (2010). Menangkal Radikal Bebas dengan Anti-Oksidan. Jurnal Saintek. 2(2): 183-187.
Lamid, A. (1995). Vitamin E Sebagai Antioksidan. Media Litbangkes. 5(1): 14-16.
Murray, R., Granner, D., Rodwell, V. (2009). Biokimia Harper. 27 ed. Jakarta: EGC.
(2007). Buku Ajar Patologi. 7 ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Kanius.
Sofia, D. (2005). Anti Oksidan dan Radikal Bebas. Majalah Acid FMIPA Universiras Lampung.
(2008). Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Turan, B. (2010). Role of Antioxidants in Redox Regulation of Diabetic Cardiovascular Complications. Current Pharmaceutical Biotechnology. 11: 819-836.
Upston, J. M., Terentis, A. C., Stocker, R. (1999). Tocopherol-mediated peroxidation of lipoproteins: implications for vitamin E as a potential antiatherogenic supplement. FASEB J. 13: 977–994.
Kontributor : Mutiara Liswanda
Mahasiswi semester 4 Sarjana Gizi FKM UI